Rabu, 17 Desember 2014

FanFiction: "THE TRAVELING" (Rachel) Chapter 7

Sorry guys udah lama banget ceritanya ga dilanjutin, silakan disimak deh lanjutan dari bab sebelumnya. Ringkasannya gini, entah darimana datangnya, tahu2 ada seorang cewek yang punya kemampuan morf dan dia mati2an berusaha memperingatkan Rachel dan teman2nya untuk tidak melakukan misi kali ini, karena menurutnya misi ini adalah jebakan yang sudah dipersiapkan oleh Yeerks.


Chapter 7


There was a pause.

We sat in the dining room. All eyes on the figure of a girl who sits at the very end, which seemed very agitated. We are all waiting. Even Ax also looked tense and wary.

"Listen guys. I just wanted to remind you. You will be caught if you continue this mission," said Kate.

I snorted.

"Instead you think of us, you'd better tell me first, how did you get the ability to morph" I said.

Kate looked at me. For a moment, I felt the gaze so sharp and strangely I feel like no stranger in her view. Then she said, "I can only say that I got from Elfangor." when she saw we all looked doubt, she continued, "You do not worry. My purpose here is only one, warns you not to do the mission. If the goal is reached, then I will go away and disappear from your life."

"... And left a handsome prince who is alone? Come on, I have not had time to get to know you, maybe we can go out at the end of this week?" Of course Marco's talking. I glared at him.

"We just want to make sure you're not abusing that ability," said Jake. "Anyway where did you know that the mission this time is Yeerk's trap?"

Kate said, "For that issue, you do not have to worry. As I said before, I will not be here long. You do not continue this mission."

"You have not answered the question Jake, Kate. How do you know that this is Yeerk's trap?" Cassie said.

"Sorry, I can not say. I ... I just want you to believe me ..."

<Guys, I think she is saying the truth ...> Tobias is the one who talking this time. He took into the dining room and perched on one of the poles of the room.

"Why can you be sure?" Jake asked.

<I do not know. Clearly there is something about her that seemed familiar to me. Somehow, I feel've known her for a long time.>

Marco looked up.

"Tobias Come on. You've got Rachel. At least let me have her, okay?"

"So how is it?" I asked.

Jake turned to Ax.

"Ax, what do you think?"

<We still do it but with very careful. At least we already know from this girl that this is a trap by Yeerk. So we prepare the entire plan carefully before setting off on a mission this time.>

Jake nodded.

"Yes I think so. Or did anyone want to cancel the mission this time?"

No one reacted.

Suddenly she got up.

"Please, for the last time, do not do this mission. You do not know the consequences, if you're all caught up, who will fight the Yeerk? Who else will fight to defend the human race?"

<I agree with him. We abort the mission this time.> Suddenly Tobias said.

I looked at Tobias.

"You take her side?" I asked. "We do not even know who she is. It could be that she is the controller. If she is the controllers, Animorphs is a history. She lived to report everything to Viser Three and we will live in a runaway."

<I do not know Rachel. I get the feeling she's not a bad person.> Tobias said.

<Because of this rare opportunity. If we can stop Yeerk plan this time, may be much Yeerk who die of hunger.> Ax chimes.

Cassie muses. Then she said, "I think I also agree that we cancel our mission this time." she said quietly.

I looked at Cassie. "Why do you side with her?" I asked.

Cassie saw. She said, "I might have the same reasons as Tobias. I felt as if she had known before."

"How?" I retorted. "Marco?"

Marco shook his head. "Actually I wanted to take her side too ..." I glared at him. "... But this time I agree with Ax. We achieve this mission."

"Okay," I said. "So Ax, I and Marco had agreed to carry out this mission. So it's only Jake. Does Jake agree with or cancel this mission only because of new people we know."

Jake nodded, "Yes, we are still doing this mission, but we will try to make a good plan. It includes plans to immediately escape if the situation is getting serious."

He looked up at Kate while it looks very desperate.

"Sorry Kate, it was our decision."

"Well ... I still wish I could change your mind it, Jake. Maybe if there is a miracle, everything can change ..." slowly we see Kate walked away from us, break through the rain which still has not stopped.

"Kate, where are you staying?" Cassie cried. Apparently the girl was running in the middle of the pouring rain.

I slapped my forehead.

"Duh, we should not so easily let go of her."

"You mean you hope she can become a new member of Animorphs?" Jake asked.

I shook my head.

"Not like that anyway. But at least we can know how she can control he morph ability, how often she uses it and for what purposes."

"Never mind ... I believe her. Maybe she will go after the meet with us." Cassie said.

"Then what will we do now?" Marco asked.

"We made a plan for the mission tomorrow night." Jake said.

And we spent the next hour with a plan that is ripe for our action tomorrow night.


Bab 7


Hening sejenak.

Kami duduk di ruang makan. Semua mata menatap pada sosok cewek yang duduk di paling ujung, yang tampak sangat gelisah. Kami semua menunggu. Bahkan Ax juga tampak tegang dan waspada.

"Dengar guys. Aku hanya ingin mengingatkan kalian. Kalian akan tertangkap kalau kalian melanjutkan misi kali ini," kata Kate.

Aku mendengus.

"Daripada kau memikirkan kami, sebaiknya kau ceritakan dulu, bagaimana kau mendapatkan kemampuan morf" kataku.

Kate menatapku. Sejenak, aku merasakan tatapannya begitu tajam dan anehnya aku merasa seperti tidak asing dalam pandangannya. Lalu dia berkata,"Aku hanya bisa mengatakan kalau aku mendapatkannya dari Elfangor." Melihat kami semua tampak sangsi, dia melanjutkan,"Kalian tidak usah kuatir. Tujuanku kesini hanya satu, memperingatkan kalian untuk tidak melakukan misi. Kalau tujuan itu sudah tercapai, maka aku akan pergi dan menghilang dari kehidupan kalian."

"... dan meninggalkan pangeranmu yang tampan ini sendirian? Ayolah, aku belum sempat mengenalmu, mungkin kita bisa kencan di akhir minggu ini?" Tentu saja Marco yang ngomong. Aku melotot ke arahnya.

"Kami hanya ingin memastikan kau tidak menyalahgunakan kemampuan itu," kata Jake. "Lagian darimana kau bisa tahu kalau misi kali ini adalah jebakan Yeerk?"

Kate berkata,"Soal itu kalian tidak usah kuatir. Seperti yang aku katakan tadi, aku tidak akan lama disini. Kalian jangan melanjutkan misi ini."

"Kau belum menjawab pertanyaan Jake, Kate. Darimana kau tahu jebakan Yeerk?" sahut Cassie.

"Maaf, aku tidak bisa bilang. Aku ... Aku hanya ingin kalian percaya kepadaku... "

<Guys, kurasa dia berkata hal yang sebenarnya...> kali ini Tobias yang berbicara. Dia ikut masuk ke ruang makan  dan bertengger di salah satu tiang penyangga ruangan.

"Kenapa kau bisa yakin ?" tanya Jake.

<Aku juga tidak tahu. Yang jelas ada sesuatu dalam dirinya yang bagiku terasa tidak asing. Entah kenapa, aku merasa sudah mengenalnya lama.>

Marco mendongak.

"Ayolah Tobias. Kau kan sudah punya Rachel. Setidaknya biar aku sama dia, okay?"

"Jadi gimana nih?" tanyaku.

Jake menoleh ke arah Ax.

"Ax, bagaimana menurutmu?"

<Kita tetap lakukan tapi dengan sangat berhati-hati. Setidaknya kita sudah tahu dari gadis ini kalau ini adalah jebakan Yeerk. Jadi kita persiapkan seluruh rencana dengan matang sebelum berangkat menjalankan misi kali ini.>

Jake mengangguk mengiyakan.

"Ya aku rasa juga begitu. Atau adakah di antara kalian yang ingin kita membatalkan misi kali ini?"

Tidak ada yang bereaksi.

Tiba-tiba Kate bangkit.

"Aku mohon, untuk terakhir kalinya, jangan lakukan misi ini. Kalian tidak tahu konsekuensinya, kalau kalian semua tertangkap, siapa yang akan melawan Yeerk? Siapa lagi yang akan berjuang membela umat manusia?"

<Aku sependapat dengan dia. Kita batalkan misi kali ini.> Tahu-tahu Tobias berkata.

Aku menatap Tobias.

"Kau berpihak padanya?" tanyaku. "Kita bahkan tidak tahu siapa dia. Bisa jadi dia ini pengendali. Kalau benar dia pengendali, habis sudah riwayat Animorphs. Dia tinggal melaporkan semuanya kepada Viser Three dan kita akan hidup dalam pelarian."

<Entahlah Rachel. Perasaanku mengatakan dia bukan orang jahat.> kata Tobias.

<Soalnya ini kesempatan yang langka. Kalau kita bisa mencegah rencana Yeerk kali ini, mungkin akan banyak Yeerk yang mati kelaparan.> timpal Ax.

Cassie merenung. Lalu katanya,"Kurasa aku juga setuju kalau kita membatalkan misi kita kali ini." katanya pelan.

Aku berpaling ke arah Cassie. "Kenapa kau berpihak padanya?" tanyaku.

Cassie melihatku. Katanya,"Mungkin aku punya alasan yang sama seperti Tobias. Aku merasa seolah sudah mengenal Kate sebelumnya."

"Mana mungkin?" tukasku. "Marco?"

Marco menggeleng-gelengkan kepalanya. "Sebenarnya sih aku ingin berpihak padanya juga... " Aku melotot ke arahnya. "... tapi untuk kali ini aku setuju sama Ax. Kita lakukan misi ini."

"Oke," kataku. "Jadi Ax, aku dan Marco sudah setuju untuk menjalankan misi kali ini. Tinggal Jake. Apakah Jake sependapat denganku atau membatalkan misi ini hanya gara2 omongan dari orang yang kita baru kenal."

Jake mengangguk ,"Ya, kita tetap lakukan misi ini, tapi kita akan coba buat rencana yang bagus. Termasuk rencana untuk segera melarikan diri apabila situasinya sudah gawat."

Dia melihat ke arah Kate yang sementara itu terlihat sangat putus asa.

"Sorry Kate, itu keputusan kami."

"Baiklah... Aku masih berharap aku bisa mengubah keputusanmu itu, Jake. Mungkin jika masih ada keajaiban, semuanya bisa berubah..." dengan perlahan kami melihat Kate berjalan meninggalkan kami, menerobos guyuran hujan yang masih belum berhenti.

"Kate, dimana kau tinggal?" teriak Cassie. Rupanya gadis itu sudah berlari di tengah derasnya hujan.

Aku menepuk dahiku.

"Duh, mestinya kita tidak semudah itu melepaskan dia."

"Maksudmu kau berharap dia bisa jadi anggota baru Animorphs?" tanya Jake.

Aku menggeleng.

"Bukan seperti itu sih. Tapi paling tidak kita bisa tahu bagaimana dia bisa mengontrol kemampuan morfnya, seberapa sering dia menggunakannya dan untuk keperluan apa."

"Sudahlah... Aku percaya padanya. Mungkin dia memang akan pergi setelah ketemu dengan kita." kata Cassie.

"Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Marco.

"Kita buat rencana untuk misi besok malam." kata Jake.

Dan satu jam berikutnya kami habiskan dengan menyusun rencana yang matang untuk aksi kami besok malam.


Selasa, 28 Oktober 2014

FanFiction: "THE TRAVELING" (Rachel) Chapter 6

Chapter 6


We all hear the language-thought addressed to us. Finally, she decided to communicate with us directly.

"Okay," Jake said. "You seem to know a lot of Animorphs. Do you mind demorphed and chat together with us?"

<Isn't it the same? Anyway, I just wanted to warn you all. For this time only, abort your mission.>

"And run away like a loser?" I replied.

"Rachel ... calm down," said Cassie.

Even Marco looked serious at this time.

"Listen pal ... Whatever your morph today. We have never run away from the mission. Weighing in any mission that we live, we will continue to fight. Maybe you do not know who you're dealing with ..." Marco said.

<I know ...> then she said again <Yeerks!>

"You know all? Then where have you been? How did you get the ability to morph?" I said.

There was a pause, then she said,

<I got it from Elfangor ...>

<But that's impossible,> Tobias said. <I mean, at that time, Elfangor directly deal with us. Did he meet with anyone other than us?>

Jake turned to Ax.

"What do you think Ax?"

I saw Ax walked away from its original position in a corner. The odd shape is clearly visible. The combination of a deer with a striking blue color with a scorpion.

<I think it's unlikely, Prince Jake. By providing Andalite morphing technology to all of you, that's a big mistake. I'm not sure if my brother also gave it to someone other than you guys.>

"Hey, what if she went along with us?" Marco exclaimed suddenly.

"I disagree!" I replied in a loud voice. "I do not want the old incident happen again. It is enough to be bothered ..."

<If you mean that David, I can assure you that I'm not like him.>

I can't stand anymore. My voice grew louder as I said,

"Who the hell are you? Your actions increasingly suspicious behavior, you know? How do you expect us to trust you if you do not want to reveal your true form?"

Jake replied,

"Rachel's right. Why don't you demorphed and chat with us here? You can tell me why we had to cancel our mission this time."

<Guys,> Tobias said. <We can not force her if she does not want her identity to be known.>

Cassie nodded.

"I agree with Tobias. If she has the ability to morph, she has the right to decide whether she wants to join us or not."

Marco grinned and spoke with a half-whisper, "But I'm curious. Rachel said, she is a girl, right? Pretty or not, just wondering?"

Next thing you know her mind-sounding language again.

<Okay, I'll demorph. Wait a second.>

It usually happens next is the process of changing the shape of the animal form into a human form. And it's usually still feels strange to us, even though we've been there dozens of times. But this time, we do not get to watch the process. Apparently she did it outside the barn.

Meanwhile, the rain poured down. Raindrops sounded very noisy. Winds that blow faster and faster as if giving a sign that the rain will not stop immediately. The sky was pitch black, though it was still afternoon. Every now and then the sky was bright moment when lightning struck. The sound of thunder split the sky.

I paced back and forth. While outside the rain poured down, but I feel the heat in the Cassie's barn. I took off my jacket and put it on one of the haystack.

"Why is she so long?" I said.

Jake shrugged, "I do not know ... What is clear we will be very careful this time. I do not want our experience when dealing with David happen again."

Marco sighed, "We really silly at the time. We provides the ability to morph to someone before we know his character and nature."

Cassie said, "But do not forget. This time was different. She had already had the ability to morph. I half thought, perhaps we could persuade her to join the Animorphs. I can see that she's really good."

I looked up

"Tobias ... Where is she now? Did you see her when she demorphed ?"

<It is unclear Rachel. It seems she took a somewhat remote location. And my sight somewhat obstructed by this heavy rain. Well, it appears she'll soon be here.>

If you do not know, since trapped in its present form, Tobias was a spy of Animorphs. With eyes that could see a sharp object at a considerable distance, Tobias is the air force reliable spy. However, the bad weather this time blocking his sight. Actually, I'm very curious about this stranger girl who has the ability to morph.

And it is also true as what was Tobias said. A girl looks ran through the downpour towards us. Arriving at the barn, she was trying to dry the wet hair while her eyes looked at us all.

I saw this girl the same age as us. Her face was beautiful. Even I have to admit, maybe she's prettier than me. Her body was also slender and tall, about the same as me. Braided black hair looked back. she wore a white T-Shirt that looks wet and jeans that rather dull.

"Jeez ... I may be dreaming, how come I can meet with a girl as beautiful as this?" Marco's comments.

The girl waved her hand with awkward

"Hey guys ..."

"Hello ..." said Jake. "What is your name?"

"My name is ... Kate."

Cassie nudged Jake's shoulder and said, "Maybe we should go into the house. It seems that the rain will continue to fall."

Then we walked in a procession into the house Cassie. I told Tobias and Ax to morph in order to join us all.

===

Bab 6


Kami semua mendengar bahasa-pikiran yang ditujukan kepada kami. Akhirnya, dia memutuskan untuk berkomunikasi dengan kami secara langsung.

"Okay," kata Jake. "Kelihatannya kau tahu banyak Animorphs. Apakah kau tidak keberatan untuk demorf dan ngobrol bareng?"

<Bukankah sama saja? Lagipula aku hanya ingin memperingatkan kalian semua. Untuk kali ini saja, batalkan misi kalian.>

"Dan melarikan diri seperti seorang pecundang?" sahutku.

"Rachel... tenanglah," kata Cassie.

Bahkan Marco kali ini tampak serius.

"Dengar kawan... Apapun bentukmu saat ini. Kami belum pernah melarikan diri dari misi. Seberat apapun misi yang kami jalani, kami akan terus berusaha. Mungkin kau tidak tahu siapa yang kau hadapi..." kata Marco.

<Aku tahu...> lalu katanya lagi <Yeerk!>

"Kau tahu semua? Lalu kemana saja kau selama ini? Bagaimana kau bisa mendapatkan kemampuan morf?" kataku.

Hening sejenak, lalu dia berkata lagi,

<Aku memperolehnya dari Elfangor...>

<Tapi itu kan mustahil,> kata Tobias. <Maksudku, saat itu Elfangor langsung berhadapan dengan kita. Apakah dia sempat bertemu dengan orang lain selain kita?>

Jake berpaling ke arah Ax.

"Bagaimana menurutmu Ax?"

Aku melihat Ax berjalan meninggalkan posisinya semula yang berada di pojok. Bentuknya yang aneh semakin terlihat dengan jelas. Perpaduan seekor rusa dengan warna biru yang menyolok dengan seekor kalajengking.

<Kurasa itu tidak mungkin, Pangeran Jake. Dengan memberikan teknologi morf Andalite kepada kalian semua, itu sudah merupakan kesalahan besar. Aku tidak yakin kalau kakakku juga memberikannya kepada orang lain selain kalian.>

"Hei, bagaimana kalau dia ikut saja dengan kita?" seru Marco tiba-tiba.

"Aku tidak setuju!" aku menyahut dengan suara keras. "Aku tidak ingin kejadian lama terulang lagi. Sudah cukup kita direpotkan..."

<Jika yang kau maksud itu David, aku bisa yakinkan kalian kalau aku bukan orang seperti itu.>

Aku tidak tahan lagi. Suaraku semakin keras saat aku berkata,

"Siapa sih sebenarnya kau? Tingkah lakumu semakin mencurigakan, kau tahu? Bagaimana kau berharap kami bisa mempercayaimu kalau kau tidak mau menampakkan wujud aslimu?"

Jake menimpali,

"Rachel benar. Mengapa kau tidak demorf dan ngobrol bersama kami disini? Kau bisa menceritakan kenapa kami harus membatalkan misi kami kali ini."

<Guys,> kata Tobias. <Kita tidak bisa memaksanya kalau dia memang tidak ingin identitasnya diketahui.>

Cassie mengangguk.

"Aku sependapat dengan Tobias. Kalau dia mempunyai kemampuan morf, dia berhak untuk menentukan apakah dia mau bergabung bersama kita atau tidak."

Marco nyengir dan berbicara dengan setengah berbisik,"Tapi aku penasaran deh. Kata Rachel, dia ini cewek kan? Cantik nggak yah?"

Tahu-tahu terdengar bahasa-pikiran nya lagi.

<Okay, aku akan demorf. Tunggu sebentar.>

Hal yang biasanya terjadi selanjutnya adalah proses perubahan bentuk dari wujud binatang ke wujud manusia. Dan hal itu biasanya masih terasa aneh bagi kami, sekalipun kami sudah mengalaminya puluhan kali. Namun kali ini, kami tidak bisa menyaksikan proses tersebut. Rupanya dia melakukannya di luar gudang.

Sementara itu, hujan turun dengan deras. Tetesan air hujan terdengar sangat berisik. Tiupan angin yang berhembus semakin kencang seolah memberikan pertanda bahwa hujan tidak akan berhenti dengan segera. Langit tampak hitam kelam, sekalipun saat itu masih sore hari. Sesekali langit tampak terang sesaat ketika kilat menyambar. Suara guntur menggelegar membelah angkasa.

Aku berjalan mondar-mandir. Walaupun di luar hujan turun dengan deras, namun aku merasa kepanasan di dalam gudang Cassie. Aku melepaskan jaketku dan meletakkannya di salah satu tumpukan jerami.

"Mengapa dia lama sekali?" kataku.

Jake mengangkat bahu,"Entahlah... Yang jelas kita akan sangat berhati-hati kali ini. Aku tidak ingin pengalaman kita ketika menangani David terulang lagi."

Marco mendesah, "Konyol banget kita waktu itu. Memberikan kemampuan morf pada seseorang sebelum kita mengetahui watak dan sifatnya."

Kata Cassie ,"Tapi jangan lupa. Kali ini berbeda. Dia sudah lebih dahulu mempunyai kemampuan morf. Aku setengahnya berpikir, barangkali kita bisa membujuknya untuk bergabung dengan Animorphs. Kalau aku lihat sih, dia baik kok."

Aku menengadah ke atas

"Tobias... Dimana dia sekarang? Kau lihat dia waktu demorf?"

<Tidak jelas Rachel. Kelihatannya dia mengambil lokasi yang agak jauh. Dan pandanganku agak terhalang dengan derasnya hujan ini. Nah, itu tampaknya dia akan segera kesini.>

Kalau kalian belum tahu, sejak terperangkap dalam bentuknya yang sekarang, Tobias adalah mata-mata Animorphs. Dengan pandangannya yang mampu melihat tajam sebuah objek pada jarak yang cukup jauh, Tobias adalah pasukan mata-mata udara yang dapat diandalkan. Hanya saja, cuaca buruk kali ini menghalangi pandangannya. Sebenarnya aku sangat penasaran dengan cewek asing yang punya kemampuan morf ini.

Dan benar juga seperti apa yang dikatakan Tobias. Seorang gadis tampak berlari menerobos derasnya hujan menuju ke arah kami. Sesampainya di gudang Cassie, dia berusaha mengeringkan rambutnya yang basah sambil matanya memandang ke arah kami semua.

Aku melihat, gadis ini seumuran dengan kami. Wajahnya cantik. Bahkan aku harus mengakui, mungkin dia lebih cantik dariku. Tubuhnya juga langsing dan tinggi, hampir sama denganku. Rambutnya yang hitam tampak dikepang ke belakang. Dia mengenakan T Shirt warna putih yang tampak basah kuyup dan celana jeans yang agak kusam.

"Astaga... Aku mungkin bermimpi, kok aku bisa bertemu dengan cewek secantik ini?" komentar Marco.

Gadis itu melambaikan tangannya dengan canggung

"Hei guys..."

"Hallo... " kata Jake. "Siapa namamu?"

"Namaku... Kate."

Cassie menggamit pundak Jake lalu berkata ,"Mungkin sebaiknya kita masuk ke dalam rumah. Kelihatannya hujan masih akan terus turun."

Kemudian kami berjalan beriring-iringan masuk ke rumah Cassie. Aku menyuruh Tobias dan Ax untuk morf agar bisa bergabung bersama kami semua.

===

Minggu, 19 Oktober 2014

FanFiction: "THE TRAVELING" (Rachel) Chapter 5

Chapter 5


Silence ...

Everyone is looked at me.

I'm confused. Angry. Upset. Everything is mixed together. Even I felt my blood boil.

"Why are you Rachel?" Jake finally asked.

I weigh. Do I have to tell you all to my friends? About this mysterious girl, who had come last night and tried to thwart the mission hounding shall we do? Maybe not now, I thought. I have not met her in person. If I told them even now there is no evidence. My friends will not believe.

"Sorry guys ... It's nothing," I said finally.

Cassie grabbed my arm.

"Are you sure you are okay?" she asked gently.

I nodded. At that moment I saw the whole eyes of Ax me. Andalites became increasingly suspicious, if he sees someone does not act normally as usual.

<Prince Jake ... I think we should ask for Rachel, to whom she was speaking.> Ax thought-speak heard by us all.

Suddenly Marco patted his forehead.

"Wait a minute ... Do not say a word, I know what happened," he said. "You feel the conversation is too boring. Then you fall asleep and you dream of a handsome guy that asked you out. You turned it down because he is shorter than you, right? Because this guy keep blurted, you've finally snapped him up." Marco chuckled satisfied. "How? Is there any mistake of my story?"

I pretended to think.

"Yeah right, there is one thing. Why do not you ever wear your brains ???" I snapped on him.

"Rachel, calm down," said Jake. "Marco, please do not disturb her."

Said Jake again,

"But I agree with Ax. You have to tell us. what you said earlier, you addressed to someone, right?"

I was cornered. Do I have to tell?

<I think ...> Tobias said. <Rachel was being heard language-mind that only addressed to her.>

Teng Tong ...  Tobias was exactly right.

"It makes sense," said Jake. "Who contacted you earlier?" Jake asked.

Cassie looked at me.

"We know that regular use of languages ​​other than Animorphs mind here is Andalites. What are you trying to say, which just now is Visser Three contacted you?"

<If Visser Three always use the language of the mind, addressed to all people. So definitely not him,> Ax chimes.

"Then who?"

"Or perhaps ..." I heard his voice again. Big grin on her face. "... Tobias secretly sending personal thought-speak to you. And you're too busy to listen to all flirt ..."

"I have a suggestion for you Marco. Why do not you learn to shut your mouth ???" without realizing I was getting yelled at him.

"Okay Okay ... Sorry ..." he said, still grinning.

"Guys, can we focus?" Jake looked getting impatient.

He continued,

"If it was Rachel heard the other language-mind, then I think she should notify all of us. So, how Rach?"

Finally I gave up.

"Yeah, I heard this voice in my room since last night. And that is just now also looks like she does. She warned me to cancel our mission this time."

Jake frowned, "How did she know about the mission?"

Cassie interrupted, "So have you met her?"

I shrugged.

"Well ... not directly anyway."

"You mean?"

I sighed before continuing,

"I met her in my room ... A cockroach ..."

"A cockroach ???" Jake said. "Wait a minute. You do not want to say that ..."

I nodded.

"Yeah, Jake. It seems there is another Animorphs beside us ... According to her, she's a girl."

<What is not possible if it is David?> Tobias said.

I immediately thought of the day, where we had to trap David so that he became nothlit. There was faint in my ears, desperate screams, crying, screaming, cursing. I shudder to imagine if he gets his morph back, of course he will return for revenge. From some of the fight, somehow he always win. Even Jake almost lost his life in a one on one duel between morph tiger and lion that belong to David.

<But Tobias, Rachel and I had confirmed him as nothlit before we took him to the island,> Ax said.

<I mean, is it not possible for a nothlit to obtain his morph back?>

<That's not possible.>

<What about me? I'm nothlit, but I can morph again, right?>

<That's because you were chosen by Ellimist as part of his plan, so he returns your morph capabilities.>

<What if Ellimist treated David same as me. What if he also restores his morph ability?>

For a moment, Ax could not speak.

"I think it's impossible," said Cassie. "Look, we are a group of Animorphs, and for Ellimist, we are just a tool to fight with Crayak, right? It's natural that he wants to win. It's natural that he restores the ability to morph of Tobias. But David? He's a nobody, right? So I thought , Ellimist will not bother to restore his morph ability right? "

"I agree," said Jake. "Whoever she is, I think she is not David. David was finished. So, once again we are dealing with the other Animorphs ..."

"Wow ... so more fun yeah ... I wonder ..." Marco said.

"But ... that's not possible?" I said. "I mean, we've sealed blue box, right? There is probably no one else who could gain the ability to morph other than us, right?"

"Then she talked about canceling the mission. Why?" Jake chase.

I replied,

"She thinks it's a trap. And if we continue this mission, we will not be able to escape."

<Prince Jake Mmmm ... Rachel ... I'm just wondering if she's still here?> Ax asked.

I shrugged.

"I do not know. Maybe she's gone."

<I'm still here Rachel. I followed the whole conversation.>

===

Bab 5


Hening...

Semuanya menatapku

Aku bingung. Marah. Kesal. Semuanya bercampur menjadi satu. Bahkan aku merasakan darahku mendidih.

"Kenapa kau Rachel?" Jake akhirnya bertanya.

Aku menimbang-nimbang. Apakah aku harus menceritakan semuanya ke teman-temanku? Tentang cewek misterius ini, yang sejak semalam datang menggangguku dan berusaha menggagalkan misi yang akan kita lakukan? Mungkin tidak sekarang, pikirku. Aku belum bertemu dengannya secara langsung. Kalau kuceritakan sekarangpun tidak ada bukti. Teman-temanku mungkin tidak akan percaya.

"Sori guys... Bukan apa-apa," kataku akhirnya.

Cassie memegang lenganku.

"Kau yakin kau tidak apa-apa?" tanyanya lembut.

Aku mengangguk. Saat itu aku melihat seluruh mata Ax menatapku. Andalite cepat sekali merasa curiga, jika dia melihat seseorang tidak bersikap wajar seperti biasanya.

<Pangeran Jake... Kayaknya kita harus tanya kepada Rachel, kepada siapa dia tadi berbicara.> bahasa-pikiran Ax terdengar oleh kami semua.

Tahu-tahu Marco menepuk jidatnya.

"Sebentar... Jangan ngomong dulu, aku tahu apa yang terjadi," katanya. "Kau tadi merasa pembicaraan ini terlalu membosankan. Lalu kau tertidur dan kau bermimpi seorang cowok tampan mengajakmu kencan. Kau menolaknya karena dia lebih pendek darimu, kan? Karena cowok tadi nyerocos terus, akhirnya kau bentak dia." Marco terkekeh puas. "Gimana? Ada yang salah dari ceritaku?"

Aku pura-pura berpikir.

"Ya betul, memang ada yang salah. Kenapa kau tidak pernah memakai otakmu???" bentakku.

"Rachel, tenanglah," kata Jake. "Marco, tolong jangan kau ganggu dia."

Lanjut Jake lagi,

"Tapi aku sependapat dengan Ax. Kau harus menceritakan kepada kami. Perkataanmu tadi pasti kau tujukan pada seseorang, kan?"

Aku terpojok. Apakah aku harus menceritakannya?

<Menurutku...> kata Tobias. <Rachel tadi sedang mendengar bahasa-pikiran yang hanya ditujukan kepadanya.>

Teng Tong... Tebakan Tobias tepat sekali.

"Masuk akal," kata Jake. "Siapa yang mengontakmu tadi?" tanya Jake.

Cassie memandangku.

"Kita tahu yang biasa menggunakan bahasa-pikiran di sini selain Animorphs adalah Andalite. Apa kau hendak mengatakan, yang barusan mengontakmu adalah Visser Three?"

<Kalau Visser Three selalu menggunakan bahasa pikiran yang ditujukan kepada semua orang. Jadi pasti bukan dia,> timpal Ax.

"Lantas siapa?"

"Atau jangan-jangan..." Aku mendengar suara Marco lagi. Seringai lebar tampak di wajahnya. "... Tobias diam-diam mengirim bahasa-pikiran personal kepadamu. Dan kau terlalu sibuk untuk mendengarkan semua rayuannya ..."

"Aku punya usul buat kau Marco. Bagaimana kalau kau belajar menutup mulutmu???" tanpa sadar aku sudah mulai berteriak kepadanya.

"Okay Okay... Sori deh..." katanya sambil tetap nyengir.

"Guys, bisa tidak kita fokus?" Jake tampak mulai tidak sabar.

Lanjutnya,

"Jika memang tadi Rachel mendengar bahasa-pikiran yang lain, maka aku rasa dia harus memberitahukannya kepada kita semua. Jadi, bagaimana Rach?"

Akhirnya aku menyerah.

"Yeah, aku mendengar suara ini sejak semalam di kamarku. Lalu yang barusan juga kelihatannya dia sih. Dia memperingatkanku untuk membatalkan misi kita kali ini."

Jake mengerutkan keningnya, "Bagaimana dia tahu tentang misi?"

Cassie menyela,"Lalu apa kau sudah bertemu dengannya?"

Aku mengangkat bahu.

"Well... Tidak secara langsung sih."

"Maksudmu?"

Aku menghela nafas sebelum melanjutkan,

"Aku bertemu dengannya di kamarku... Seekor kecoa... "

"Seekor kecoa???" sahut Jake. "Tunggu dulu. Kau tidak ingin berkata bahwa ... "

Aku mengangguk.

"Yeah, Jake. Tampaknya ada Animorphs yang lain lagi selain kita... Kalau menurut pengakuannya sih, dia cewek."

<Apa tidak mungkin kalau itu adalah David?> kata Tobias.

Aku langsung teringat hari itu, dimana kami terpaksa harus menjebak David sehingga dia menjadi nothlit. Masih terdengar samar di telingaku, jeritan putus asanya, tangisannya, teriakannya, sumpah serapahnya. Aku merinding membayangkan apabila dia memperoleh morfnya kembali, tentunya dia akan datang untuk membalas dendam. Dari beberapa pertarungan, entah kenapa dia selalu unggul. Bahkan Jake hampir kehilangan nyawanya dalam duel satu lawan satu antara morf harimaunya dan morf singanya David.

<Tapi Tobias, aku dan Rachel sudah memastikan dia sebagai nothlit sebelum kami membawanya ke pulau itu,> sahut Ax.

<Maksudku, apakah tidak mungkin nothlit memperoleh morfnya kembali?>

<Itu tidak mungkin.>

<Bagaimana denganku? Aku nothlit, tapi aku bisa morf lagi, kan?>

<Itu karena kau dipilih oleh Ellimist sebagai bagian dari rencananya, sehingga dia mengembalikan kemampuan morfmu.>

<Bagaimana kalau Ellimist memperlakukan David sama denganku. Bagaimana kalau dia juga mengembalikan kemampuan morfnya?>

Sejenak Ax tidak bisa berkata-kata.

"Kurasa itu tidak mungkin," kata Cassie. "Lihat, kita adalah kelompok Animorphs, dan bagi Ellimist, kita cuma alat untuk pertarungannya dengan Crayak, kan? Wajar saja jika dia ingin menang. Wajar saja jika dia mengembalikan kemampuan morf Tobias. Tapi David? Dia bukan siapa-siapa kan? Jadi kupikir, Ellimist tidak akan repot-repot mengembalikan kemampuan morfnya kan?"

"Aku sependapat," kata Jake. "Siapapun dia, aku rasa dia bukan David. David sudah tamat. Jadi, sekali lagi kita berhadapan dengan Animorphs yang lain..."

"Wah... jadi semakin seru nih... Aku jadi penasaran..." kata Marco.

"Tapi... itu kan tidak mungkin?" kataku. "Maksudku, kita sudah menyegel kotak biru itu kan? Tidak mungkin ada orang lain lagi yang bisa mendapatkan kemampuan morf selain kita kan?"

"Lalu dia berbicara soal membatalkan misi. Mengapa?" kejar Jake.

Jawabku,

"Menurutnya ini jebakan. Dan jika kita tetap melanjutkan misi ini, kita tidak akan bisa lolos."

<Mmmm Pangeran Jake... Rachel... apakah dia masih ada disini?> tanya Ax.

Aku mengangkat bahu.

"Entahlah. Mungkin saja dia sudah pergi."

<Aku masih disini Rachel. Aku mengikuti seluruh pembicaraan kalian.>

===

Animorph Edisi 20,21,22 - Review

   
Untuk kesempatan kali ini, saya akan mencoba memberikan sedikit review tentang tiga edisi Animorphs, yaitu no 20, 21 dan 22. Seperti yang sudah kita ketahui, ketiga seri ini merupakan trilogi, yang menceritakan kisah tentang David, seorang remaja yang lain, yang memperoleh kemampuan morf.

Banyak teman-teman yang mempunyai pendapat yang saling berkontradiksi, dimana sebagian mengatakan bahwa David memang layak mendapatkan "hukuman" seperti itu, sementara yang lain mengatakan, nasib yang diterima oleh David terlalu kejam.

Menurut saya sendiri, saya cukup terganggu dengan ending dari trilogi ini, dimana David dipaksa harus menerima takdirnya untuk hidup sebagai nothlit. Sayangnya hewan yang dipilihkan untuk David adalah tikus, yang notabene tidak bisa berbuat banyak. Jika dibandingkan dengan morf elang ekor merah nya Tobias, tentu kita sempat berpikir kenapa David tidak dijebak menjadi burung?

Lalu, bukankah keputusan untuk menjadikan David sebagai anggota baru Animorphs, datang dari kesepakatan semuanya? Dan saya pikir, anak2 Animorphs bersikap terlalu jauh, ketika kebebasan David seolah diambil dan dia hanya diijinkan untuk tinggal di gudang nya Cassie. Kemudian, sampailah kita pada satu hal yang menurut saya agak aneh. Melihat serialnya sudah sampai seri ke 20, tentunya kita berasumsi bahwa Jake dan kawan2nya sudah terbiasa morf. Yang saya maksud adalah morf tempur. Sedangkan David baru saja belajar morf. Tentunya dia harus membiasakan diri dengan morf2 yang sudah diserapnya. Jika dibandingkan dengan anggota Animorphs lainnya, dia tergolong masih hijau dan kurang berpengalaman. Lantas, bagaimana mungkin seorang David dapat begitu merepotkan anak2 Animorphs yang lain? Mengapa Jake, yang terbiasa mengambil bentuk harimau, dan biasa bertempur dengan segerombolan Hork-Bajir, bisa dikalahkan oleh David, dalam morf singanya?

Kalau dilihat dari jalan ceritanya, David sebenarnya layak menerima nasibnya seperti itu, melihat dia sangat sombong dan semaunya sendiri. Bahkan di edisi 22, diceritakan dia bahkan morf menjadi manusia lain! Sesuatu yang nyata-nyata ditentang oleh anggota Animorphs lainnya, karena dengan berbuat demikian, mereka merasa mereka tak ubahnya seperti Yeerk yang merasuki tubuh inang mereka. Hanya saja, kalau menurut saya sih, lebih baik dia ditangkap dan dijadikan Pengendali, tanpa tahu tentang morf, daripada dia harus menjadi tikus seumur hidupnya. Kalau jadi Pengendali, minimal dalam waktu tiga hari, dia masih bisa bebas, paling tidak dalam beberapa lamanya saat Yeerk di kepalanya harus mengonsumsi sinar Kandrona. Tapi secara keseluruhan, saya menyadari Animorphs sudah melakukan kesalahan besar dengan memasukkan David ke dalam tim.

Jumat, 17 Oktober 2014

FanFiction: "THE TRAVELING" (Rachel) Chapter 4

Chapter 4


"So ... Do you have any news?" I asked.

It was late in the afternoon. We gathered together in the Cassie's barn. Many wild animals are housed there because the place was also an animal rehabilitation clinic. Most of them in injured condition. After being treated and cured, then they are released back into the wilderness. This is not surprising since Cassie's mother works at the zoo, The Gardens. Our adventure begins with a lot of animals in that place that we tap their DNA.

The weather outside is not much different from yesterday. Black cloud covered the sky. The sunlight did not appear. The trees that grow around Cassie's house looks strong, though upright branches and branches moving increasingly as strong winds pushed around.

I look around. All members of the Animorphs present there. Marco leaned on one pole. Originally Marco does not want to join the fight, but after knowing the fact that his mother was in fact Visser One, he was determined to join the fight to the end. In a group of Animorphs, Marco is often making joke. Unfortunately, the jokes do not sound funny to me. I actually think Marco is more annoying than funny.

Perched at the top, I saw a red-tailed hawk Tobias image. He seemed alert as usual. Cassie sitting on a pile of hay. Jake was standing not far from her. If you want to know how the appearance of Cassie, you can imagine the figure of a girl with worn jeans and boots. I always failed to convince Cassie to look more feminine. Because for me, the appearance is number one. Many friends in my class who told me that I look like a model. Yeah, they are not wrong anyway, because I always keep my appearance. So, I want Cassie to change little by little. Anyway, Jake also has a crush on her, and I think Cassie's feeling is also the same.

Last members of Animorphs, standing in the corner of the room. Virtually invisible. But if you look through, you will know that he is not a creature that we usually encounter on earth. Aximili-Esgarrouth-Isthill or Ax, young Andalite who are trying to survive on planet earth while waiting for reinforcements to arrive. Ax body shape like a mix of a deer blue and scorpions. Andalites have extra eyes can move in any direction. Andalites also had no mouth. That is why, if Ax is in human morph, we must be careful and control him in terms of food. There had been, Ax eat something that should not be eaten.

"There will be more missions, guys ..." said Jake.

"Ohhh that's good ... It seems like we have not on a mission, you know? All of my body has been sore all. Why do not we stop by the masseur before we act?" Marco said.

"Shut up Marco!" I snapped as I glared at him. He just grinned.

I motioned for Jake to continue his speech.

Jake said, "Yesterday Mr. Chapman came to my house. She met with Tom and they seem pretty serious in conversation. Although I did not hear clearly on the whole, but I know they are talking about supply Kandrona beam thinning. So it is probable they make some Yeerk pool again to overcome this crisis. "

I remembered my encounter yesterday with Mr. Chapman. Apparently he was on his way to meet Tom at Jake's house. I decided not to tell my story and Tobias met Mr. Chapman to the other.

<Do you know where it is located?> Tobias thought-speak heard by us.

Jake looked at him and nodded.

"I do not know the exact location, but it looks like they make it in the woods, a little outside the city. I think, if we could investigate the site and if it is true they make Yeerk pool there, we have to destroy it!"

"So what are you waiting for? Let's do it!" Marco shouted.

I punched Marco arm and said, "That's mine!"

"Are you sure Jake?" Cassie frowned. "Isn't there some point scattered across the city to the Yeerk pool? How could they run out of Kandrona rays?"

Jake shrugged.

"That is the information I heard anyway. What do you say, Ax?"

<If that information is correct, we should be there to check it out, Prince Jake.>

"Do not call me Prince," Jake said for the umpteenth time.

<Very well, Prince Jake.>

"So what were the plans?" I asked.

Jake cleared his throat before saying, "We're leaving tomorrow night. Morph into birds fly to the location."

Just then, I heard a voice in my mind.

<Rachel! Do not do this mission!>

I immediately realized that the language-mind that is directly addressed to me. I turned around. It did not look anything suspicious. She can use whatever morph.

"What 's the matter Rachel? You look anxious" Cassie said.

"Mmm ... No. No nothing," I said.

"So we're going to do a reconnaissance first. Once it is possible, then we destroy the Yeerk pool in there. Hopefully the guards are not too tight," said Jake.

<Rachel! Can you say to Jake to cancel his plan!>

I'm getting nervous, as Jake continues to explain his plans.

"To be safe, Ax will also morph. So far as possible we do not attract attention, because Yeerks very vigilant and always be suspicious when they see a group of animals in a large group."

<Rachel! Please, DO NOT GO!>

The words out of my mouth before I could stop myself.

"SILENCE ... JERK!"

===

Bab 4


"Jadi... Kau punya berita apa?" Aku bertanya.

Saat itu menjelang sore. Kami berkumpul bersama-sama di gudang Cassie. Banyak hewan-hewan liar yang ditampung disana karena tempat itu juga merupakan klinik rehabilitasi hewan. Kebanyakan mereka dalam kondisi terluka. Setelah dirawat dan disembuhkan, barulah mereka dilepas kembali ke alam terbuka. Hal ini tidak mengherankan karena ibu Cassie bekerja di kebun binatang The Gardens. Banyak petualangan kami berawal dari hewan di tempat itu yang kami sadap DNAnya.

Cuaca di luar tidak jauh berbeda dengan kemarin. Mendung pekat menggantung di angkasa. Sinar matahari sama sekali tidak tampak. Pepohonan yang tumbuh di sekeliling rumah Cassie tampak tegak berdiri sekalipun dahan dan rantingnya bergerak-gerak dipermainkan angin yang semakin kencang.

Aku melihat sekelilingku. Semua anggota Animorphs hadir disana. Marco menyandarkan tubuhnya pada salah satu tiang. Awalnya Marco tidak ingin ikut berjuang, namun setelah mengetahui fakta bahwa ibunya ternyata adalah Visser One, dia bertekad untuk ikut berjuang sampai akhir. Dalam kelompok Animorphs, Marco yang sering bercanda dan melontarkan lelucon-lelucon. Sayangnya, leluconnya bagiku tidak kedengaran lucu. Aku justru menganggap Marco lebih menyebalkan daripada lucu.

Bertengger di atas, aku melihat elang ekor merah penjelmaan Tobias. Dia tampak waspada seperti biasanya. Cassie duduk di atas tumpukan jerami. Jake berdiri tidak jauh darinya. Kalau kau mau tahu bagaimana penampilan Cassie, mungkin kau bisa membayangkan sosok cewek tomboi dengan celana jeans lusuh dan sepatu boot. Aku selalu gagal membujuk Cassie untuk berpenampilan lebih feminim. Soalnya bagiku, penampilan nomor satu. Banyak teman-teman di kelasku yang bilang kalau penampilanku seperti seorang model. Yeah, mereka tidak salah sih, karena aku selalu menjaga penampilanku. Makanya, aku ingin Cassie berubah sedikit demi sedikit. Lagian, Jake juga naksir padanya, dan kurasa Cassie juga suka sama Jake.

Anggota Animorphs yang terakhir, berdiri di sudut ruangan. Hampir tidak kelihatan. Tapi kalau kau melihat sekilas, kau akan tahu bahwa dia bukan makhluk yang biasa kita jumpai di bumi. Aximili-Esgarrouth-Isthill atau Ax, Andalite muda yang berusaha bertahan di planet bumi sambil menanti bala bantuan tiba. Bentuk tubuh Ax seperti campuran dari seekor rusa berwarna biru dan kalajengking. Andalite mempunyai mata tambahan yang bisa bergerak ke segala arah. Andalite juga tidak punya mulut. Itulah sebabnya, jika Ax sedang dalam morf manusia, kami harus berhati-hati dan mengontrol dia dalam hal makanan. Pernah terjadi beberapa kali, Ax memakan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dimakan.

"Akan ada misi lagi, guys..." kata Jake.

"Ohhh baguslah... Sepertinya kita sudah lama tidak menjalankan misi, kau tahu? Seluruh badanku sudah pegal-pegal semua. Bagaimana kalau kita mampir ke tukang pijat sebelum kita beraksi?" timpal Marco.

"Diam Marco!" bentakku sambil melotot ke arahnya. Dia hanya nyengir lebar.

Aku memberi isyarat kepada Jake untuk melanjutkan bicaranya.

Kata Jake,"Kemarin Mr. Chapman datang ke rumahku. Dia bertemu dengan Tom dan kelihatannya mereka terlibat pembicaraan yang cukup serius. Walaupun aku tidak mendengar dengan jelas secara keseluruhan, tapi aku tahu mereka membicarakan tentang pasokan sinar Kandrona yang mulai menipis. Jadi besar kemungkinan mereka membuat beberapa kolam Yeerk lagi untuk mengatasi krisis ini."

Aku jadi teringat perjumpaanku kemarin dengan Mr. Chapman. Rupanya dia sedang dalam perjalanan menemui Tom di rumah Jake. Aku memutuskan untuk tidak menceritakan pengalamanku dan Tobias bertemu Mr. Chapman ke yang lain.

<Apa kau tahu dimana lokasinya?> bahasa-pikiran Tobias terdengar oleh kami.

Jake menoleh ke arahnya lalu mengangguk.

"Lokasi tepatnya aku tidak tahu, tapi kelihatannya mereka membuatnya di hutan, agak di luar kota. Aku berpikir, jika kita bisa menyelidiki lokasi itu dan jika memang benar mereka membuat kolam Yeerk disana, kita harus menghancurkannya!"

"Jadi tunggu apa lagi? Ayo kita lakukan!" teriak Marco.

Aku meninju lengan Marco sambil berkata ,"Itu bagianku!"

"Apa kau tidak salah, Jake?" Cassie mengerutkan kening. "Bukankah ada beberapa titik tersebar di seluruh kota ini untuk kolam Yeerk? Bagaimana mungkin mereka kehabisan sinar Kandrona?"

Jake mengangkat bahu.

"Itu informasi yang kudengar sih. Bagaimana menurutmua, Ax?"

<Kalau memang informasinya benar, kita harus kesana untuk memeriksanya, Pangeran Jake.>

"Jangan panggil aku Pangeran," kata Jake untuk kesekian kalinya.

<Baik, Pangeran Jake.>

"Jadi apa sudah ada rencana?" tanyaku.

Jake berdeham sebelum berkata ,"Kita berangkat besok malam. Morf jadi burung, langsung terbang ke lokasi."

Tepat pada saat itu, aku mendengar suara di dalam pikiranku.

<Rachel! Jangan lakukan misi ini!>

Aku langsung menyadari bahwa bahasa-pikiran yang ini langsung ditujukan kepadaku. Aku menoleh kesana kemari. Tidak tampak sesuatu yang mencurigakan. Dia bisa memakai morf apa saja.

"Ada apa Rachel? Kau terlihat gelisah" kata Cassie.

"Mmm... Tidak. Tidak ada apa-apa,"sahutku.

"Jadi kita akan melakukan pengintaian terlebih dahulu. Apabila nantinya memungkinkan, barulah kita hancurkan kolam Yeerk yang ada disana. Mudah-mudahan penjagaannya tidak terlalu ketat," kata Jake.

<Rachel! Tolong bilang sama Jake untuk membatalkan rencananya!>

Aku semakin gelisah, sementara Jake masih terus memaparkan rencananya.

"Untuk amannya, Ax juga akan morf. Jadi sedapat mungkin kita jangan menarik perhatian, soalnya Yeerk amat waspada dan selalu curiga apabila mereka melihat segerombolan binatang dalam satu kelompok besar."

<Rachel! Aku mohon, JANGAN PERGI!>

Kata-kata meluncur dari mulutku sebelum sempat kucegah.

"DIAM... BRENGSEK!"

===


Senin, 13 Oktober 2014

FanFiction: "THE TRAVELING" (Rachel) Chapter 3

Chapter 3

I returned to my room after a nice dinner.

Dark.

Apparently Tobias was gone.

I lay back on the bed. Half grateful, this bed becomes completely mine anymore. After what had happened some time ago, when I was divided into two personalities, I had to give up half of my bed to the other Rachel. Really nightmare.

But luckily all that has passed.

Suddenly the phone rang. Not long after that, Jordan shouted.

"Hey Rachel. For you!"

"From whom?" I replied.

"Jake."

I jumped from my bed and rushed receive calls. Jake is my cousin. He's tall and stocky. He also was the leader of the Animorphs.

"Hey Jake ..." I said.

"Hey Rachel. Mmmm ... I've got some tasty snacks. Yesterday my brother came from India, and he brought lots of these. Perhaps you could come to my house tomorrow. I assure you'd like."

"Okay Jake, I'm definitely coming., You know I most liked that kind of snack. Until tomorrow. Bye ..."

"Bye ..."

Telephone connection disconnected. We did not ever talk frankly if by phone. We worried that our telephone tapped. Anyway, Tom, Jake's brother is the controller. So if we would hold a meeting, we usually use some sort of code language to disguise the actual conversation.

I went back to my room. The rain still fell. I walked to the window and saw the state of the road in front of my house. The streets are very quiet. Occasional dark streets it looks bright, as lightning followed by the sound of thunder.

I lay my body back on the bed. Not long after that, I was asleep.

I do not know how long I was asleep, when I heard a voice calling me.

<Rachel ... Rachel ...!>

I sat down on the bed. I'm still regain my conscious when I realize that it is a language-mind!

"Tobias? Is that you?" I said in the dark.

<Not. I'm not Tobias. I'm also not your other friend.>

I got out of bed and looked around my room.

"Who are you?" I asked.

Ellimist then?

As if reading my mind, a voice was heard again,

<I'm also not Ellimist. Listen, Rachel. You may consider me a part of you. I'm just like you. I ... can also morph.>

I was flabbergasted. Stood my ground. But, how could it? After the unpleasant incident with David, we've made ​​sure no one could touch the blue box again. We've decided, no other Animorphs again.

<I know it sounds absurd. You've sealed blue box, right? The explanation is long. I just want to say, if tomorrow Jake invite you all to do the mission, do not go. Because it's the trap of Visser Three.>

"What, How did you know?"

<I can not explain it now. Trust me and all of you will avoid the trap Visser Three.>

"Where are you now?"

<I was right next to you.>

I looked down. A cockroach.

<Okay. I'm going to go. I just want to say this once again. How interesting the mission later, and how much you wanted to beat the Yeerks, for this time DO NOT GO! Do you understand?>

"I do not know ... I mean, I do not know you. And if it' a trap, usually we always managed to escape."

<You do not understand her. This time is different ... Just do not go, okay?>

"Wait a minute. Did you ... a human?"

There was a pause.

<Yeah, I'm human. I am a girl like you.>

"Then you can demorph and maybe we can chat together in the flesh. Would not it be more comfortable?"

<Yeah, I actually want to do it. But for the moment I can not. Maybe later when it was time.>

I'm getting irritated.

"Why will not you reveal your true form? If you're human, I ask you to demorph now. What are you doing sneaking in my room in the middle of the night as cockroaches and brought news that does not make sense to me?"

Without realizing it, I had half a shout.

Silence.

"HEYYY ... I'M TALKING TO YOU !!!"

I throw a pillow on the floor, I was so annoyed. Apparently she's gone. Why all of a sudden there are other people who can morph? I sat on my bed, bending my knees and buried my face in there. My brain was busy thinking. It seems she knows all about us, I mean Animorphs. What if she's the enemy? Do we have to experience the same event when we had to knock out David?

===

Bab 3

Aku kembali ke kamarku setelah makan malam yang menyenangkan.

Gelap.

Rupanya Tobias sudah pergi.

Aku membaringkan tubuhku di atas pembaringan. Setengah bersyukur, tempat tidur ini menjadi sepenuhnya milikku lagi. Setelah apa yang kualami beberapa waktu yang lalu, ketika aku terbagi menjadi dua kepribadian, aku harus merelakan setengah dari pembaringanku untuk Rachel yang satu lagi. Benar-benar mimpi buruk.

Tapi untunglah semua itu sudah berlalu.

Mendadak telepon berdering. Tak berapa lama terdengar teriakan Jordan.

"Hei Rachel. Telepon untukmu!"

"Dari siapa?" balasku.

"Jake."

Aku melompat dari tempat tidurku dan bergegas menerima telepon. Jake adalah sepupuku yang berbadan jangkung dan kekar. Dia juga adalah pemimpin Animorphs.

"Hei Jake..." kataku.

"Hei Rachel. Mmmm... Aku punya beberapa kudapan enak. Saudaraku dari India kemarin datang, dan dia bawa oleh-oleh banyak sekali. Mungkin kau bisa datang ke rumahku besok. Aku jamin kau pasti suka."

"Okay Jake, aku pasti datang. Kau kan tahu aku paling suka kudapan semacam itu. Sampai besok. Bye..."

"Bye..."

Sambungan telepon diputuskan. Kami memang tidak pernah ngomong terus terang jika lewat telepon. Kami kuatir, telepon kami disadap. Lagian, Tom, kakak Jake adalah Pengendali. Jadi kalau kami akan mengadakan pertemuan, biasanya kami menggunakan semacam bahasa sandi untuk menyamarkan pembicaraan yang sebenarnya.

Aku kembali ke kamarku. Hujan masih saja turun. Aku berjalan ke arah jendela dan melihat keadaan jalan di depan rumahku. Jalanan sangat sepi. Sesekali jalanan yang gelap itu tampak terang, saat kilat menyambar dan diikuti dengan suara guntur yang menggelegar.

Aku kembali merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Tidak berapa lama aku tertidur.

Entah sudah berapa lama aku terlena, saat aku mendengar ada suara memangggilku.

<Rachel... Rachel...!>

Aku duduk di atas tempat tidur. Setengah sadar aku baru memahami kalau itu adalah bahasa-pikiran!

"Tobias? Kaukah itu?" aku berkata di dalam gelap.

<Bukan. Aku bukan Tobias. Aku juga bukan teman-temanmu yang lain.>

Aku bangkit dari tempat tidur dan memandang ke sekeliling kamarku.

"Siapa kau?" tanyaku.

Ellimist kah?

Seolah bisa membaca pikiranku, suara itu terdengar lagi,

<Aku juga bukan Ellimist. Dengar, Rachel. Kau boleh anggap aku bagian dari dirimu. Aku sama sepertimu. Aku... juga bisa morf.>

Aku terperangah. Berdiri mematung di tempatku. Tapi, itu mana mungkin? Setelah kejadian yang tidak mengenakkan bersama David, kami sudah memastikan tidak ada yang bisa menyentuh kotak biru itu lagi. Kami sudah memutuskan, tidak ada Animorphs yang lain lagi.

<Aku tahu kedengarannya tidak masuk akal. Kalian sudah menyegel kotak biru itu, kan? Penjelasannya panjang. Aku hanya mau bilang, jika besok Jake mengajak kalian semua untuk melakukan misi, jangan pergi. Soalnya itu jebakan dari Visser Three.>

"Apa? Darimana kau bisa tahu?"

<Aku belum bisa menjelaskannya sekarang. Percayalah padaku dan kalian semua akan terhindar dari jebakan Visser Three.>

"Dimana kau sekarang?"

<Aku ada tepat di bawahmu.>

Aku melihat ke bawah. Seekor kecoa.

<Okay. Aku akan pergi. Aku hanya mau mengatakan ini sekali lagi. Seberapa menariknya misi itu nanti, dan seberapa inginnya kau menghajar Yeerk, untuk kali ini JANGAN PERGI! Kau mengerti?>

"Aku tidak tahu... Maksudku, aku tidak mengenalmu. Dan kalaupun jebakan, biasanya kami selalu bisa meloloskan diri."

<Kau tidak mengerti Rachel. Kali ini berbeda... Pokoknya jangan pergi, okay?>

"Tunggu dulu. Apa kau ... manusia?"

Hening sejenak.

<Yeah, aku manusia. Aku cewek seperti kau.>

"Kalau begitu kau bisa demorf dan mungkin kita bisa ngobrol bersama dalam wujud manusia. Bukankah itu lebih nyaman?"

<Yeah, aku sebenarnya ingin melakukan itu. Tapi untuk saat ini aku belum bisa. Mungkin nanti jika tiba waktunya.>

Aku mulai jengkel.

"Kenapa kau tidak mau menampakkan wujud aslimu? Kalau kau memang manusia, aku minta kau demorf sekarang. Apa yang kau lakukan mengendap-endap di kamarku tengah malam dalam morf kecoa dan membawa berita yang bagiku tidak masuk akal?"

Tanpa sadar, aku sudah setengah berteriak.

Hening.

"HEIII... AKU BICARA DENGANMU!!!"

Aku melempar bantalku ke lantai saking jengkelnya. Kelihatannya dia sudah pergi. Mengapa tiba-tiba ada orang lain yang bisa morf? Aku duduk di atas tempat tidurku, menekuk kedua lututku dan membenamkan wajahku disana. Otakku sibuk berpikir. Tampaknya dia tahu semua tentang kami, maksudku Animorphs. Bagaimana jika dia musuh? Apakah kami harus mengalami kejadian yang sama saat kami terpaksa harus melumpuhkan David dulu?

===

Minggu, 12 Oktober 2014

FanFiction: "THE TRAVELING" (Rachel) Chapter 2

Chapter 2


"Hey, Rachel. Is that you?"

The figure of Mr. Chapman is getting closer.

I set up my breath, and tried to speak in a tone of voice as calm as possible, though my heart was pounding. I smiled. Innocent smile of a teenage girl.

"Hello Mr. Chapman. Want to exercise?"

Mr. Chapman frowned.

Oh God. He knows ... He knows that just now there is a red-tailed hawk perched on my shoulder.

"Just now you talking to yourself?" he asked. The tone was still contains suspicion.

"Ah sir really? Perhaps you are mistaken," I replied.

Instead of listening to my explanation, the man in front of me is actually looking up. The sunlight dimmed and the atmosphere around us was getting dark.

<Distract!> I heard Tobias language-thought in my mind.

"O yeah sir, we happened to meet here. Did you already read our class proposal for next month?" I tried to distract him from his efforts to look up.

Still some time Mr. Chapman looked up before he gave up.

"Yes. Guess already on my desk. Would I learned tomorrow. Now go home. It's getting dark."

"Ok sir. Bye." I sighed with relief.

He waved his hand and went on his way. Hopefully he did not suspect. Why do I have a feeling that Mr. Chapman could be everywhere? Or, if all this time he's watching my movements? It is strange if the next thing I knew Mr. Chapman could be in the area around my house. What is he doing here?

I make sure the shadow of Mr. Chapman was not seen again before then I tried to call Tobias.

"Tobias! Tobias!"

There was no answer.

I ran along the road. Things have really dark now. Increasingly strong wind gusts night and I heard the sound of thunder in the sky. As I see, the sky is also covered in thick clouds. I speed up my running. My house is two blocks from my current position.

<Hey Rachel. Want to compete with me?>

I again felt the shadow of a bird on top of me and I just shook my head as I continued running. Water droplets of rain began to fall as I turned onto the road that leading to my house. Increasingly heavy. My clothes are completely drenched when I finally got home.

My sister, Jordan, looked at me with a little laugh.

"Hey Rach. How can you so wet all like this?" she asked with a grin.

"It was raining outside, silly," I said, slightly annoyed.

I rushed to the bathroom. Finished showering and changing clothes, I went into my room and looked out the window. Increasingly heavy raindrops. I do not see a red-tailed hawk that usually perched on a tree branch near my window. Maybe Tobias straight back, I thought to myself.

"Rachel. Dinner is ready!" Mom's voice from below.

"I'm coming, Mom!" I replied half-shouted. Just then, I heard a knock at the glass window that is familiar to me. I hurried back to the window and saw a red-tailed hawk looks wet feathers flapping in the rain.

<Damn. I'm so wet all.> Fumed Tobias.

He came into my room.

I giggled. "You should have seen you look in the mirror, Tobias. As a bird, you look funny."

<I do not know Rach. The weather lately is uncertain.>

I approached him and stroked his feathers were wet.

"You'd better morph to human. Later you can drain your body for a while in my room. I'm going downstairs," I said.

<Okay. I think it's a good idea.> replied Tobias and he began to morph.

If you have never seen before metamorphosis process, maybe you will be amazed. Or just cry out of fear. In fact, for those of us who have often morph, This Andalite's creation process of metamorphosis it still looks weird.

I saw a pair of legs of the bird Tobias knew it extends downward. And the claws were quickly replaced by the toes boys. Next, wings seemed to get into his body, and instead, a pair of human hands appear on both sides. At the same time as eagle feathers to disappeared, it is replaced by the human body. And last, the eagle's beak is hooked increasingly shortened, before the real face Tobias replace the bird's face.

He stood there with a tight gymnastics outfit. That's what we have always experienced when we morph. I handed him a towel.

"Thanks Rachel," Tobias said, trying to dry himself. "I will not be long. Soon as my body dry and the rain stops, I'll go from here."

"Okay. Be careful, will you?" I said.

Tobias grinned, holding up his thumb with a clumsy movement. I closed my door, laughing to myself.

===

Bab 2


"Hei, Rachel. Kaukah itu?"

Sosok Mr. Chapman semakin mendekat.

Aku mengatur nafasku, dan berusaha berbicara dengan nada suara setenang mungkin, sekalipun jantungku berdebar kencang. Aku tersenyum. Senyuman polos seorang gadis remaja.

"Halo Mr. Chapman. Mau ikutan jogging?"

Mr. Chapman mengerutkan keningnya.

Oh Tuhan. Dia tahu... Dia tahu kalau barusan ada elang ekor merah yang hinggap di bahuku.

"Barusan kau bicara sendiri?" tanyanya. Nadanya masih mengandung kecurigaan.

"Ah masak Pak? Mungkin Anda salah lihat," jawabku.

Alih-alih mendengarkan penjelasanku, pria di depanku ini malah melihat ke atas. Sinar matahari semakin meredup dan suasana di sekitar kami sudah mulai gelap.

<Alihkan perhatiannya!> aku mendengar bahasa-pikiran Tobias dalam pikiranku.

"O yeah Pak, kebetulan kita ketemu disini. Apa Anda sudah membaca proposal kegiatan kelas kami untuk bulan depan?" aku berusaha mengalihkan perhatiannya dari upayanya untuk menengok ke atas.

Masih beberapa saat Mr. Chapman melihat ke atas sebelum kemudian dia menyerah.

"Ya. Kurasa sudah ada di meja saya. Akan saya pelajari besok. Sekarang pulanglah. Hari semakin gelap."

"Ok Pak. Bye." aku menarik nafas lega.

Dia melambaikan tangan dan meneruskan perjalanannya. Semoga saja dia tidak curiga. Mengapa aku punya perasaan kalau Mr. Chapman bisa berada dimana-mana? Atau, apakah selama ini dia mengawasi gerak-gerikku? Sungguh aneh jika tahu-tahu Mr. Chapman bisa berada di daerah sekitar rumahku. Apa yang dilakukannya disini?

Aku memastikan bayangan Mr. Chapman tidak terlihat lagi sebelum kemudian aku berusaha memanggil Tobias.

"Tobias! Tobias!"

Tidak ada jawaban.

Aku berlari di sepanjang jalan. Keadaan sudah benar-benar gelap sekarang. Hembusan angin malam semakin kencang dan aku mendengar suara guntur di angkasa. Kulihat, langit juga tertutup mendung tebal. Aku mempercepat lariku. Rumahku masih dua blok dari posisiku sekarang.

<Hei Rachel. Kau mau berlomba denganku?>

Aku kembali merasakan bayangan burung di atasku dan aku cuma menggelengkan kepalaku sambil terus berlari. Titik-titik air hujan mulai berjatuhan saat aku membelok ke jalan yang menuju ke rumahku. Makin lama makin deras. Pakaianku benar-benar basah kuyup ketika akhirnya aku sampai di rumah.

Adikku, Jordan, memandangku dengan sedikit menahan tawa.

"Hei Rach. Kau kok bisa basah semua seperti ini?" tanyanya sambil nyengir.

"Di luar hujan, tolol," sahutku sedikit kesal.

Aku bergegas menuju ke kamar mandi. Selesai mandi dan berganti pakaian, aku masuk ke kamarku dan melongok ke luar jendela. Tetesan air hujan semakin deras. Aku tidak melihat seekor burung elang ekor merah yang biasanya bertengger di dahan pohon di dekat jendela kamarku. Mungkin Tobias langsung kembali, pikirku dalam hati.

"Rachel. Makan malam siap!" terdengar suara Mom dari bawah.

"Aku datang, Mom!" balasku setengah berteriak. Tepat pada saat itu, aku mendengar ketukan di kaca jendela yang tidak asing bagiku. Aku bergegas kembali ke jendela dan kulihat seekor elang ekor merah dalam keadaan basah tampak mengibas-ngibaskan bulunya di tengah hujan.

<Sialan. Aku jadi basah semua.> gerutu Tobias.

Dia masuk ke dalam kamarku.

Aku terkikik. "Mestinya kau lihat tampangmu di cermin, Tobias. Sebagai burung, kau kelihatan lucu sekali."

<Entahlah Rach. Cuaca akhir-akhir ini tidak menentu.>

Aku mendekatinya dan mengelus bulu-bulunya yang basah.

"Sebaiknya kau morf jadi manusia deh. Nanti kau bisa mengeringkan tubuhmu sebentar di kamarku. Aku akan ke lantai bawah," kataku.

<Okay. Kurasa itu ide bagus.> jawab Tobias dan dia pun mulai morf.

Kalau kau belum pernah melihat proses metamorfosis sebelumnya, mungkin kau akan takjub. Atau justru menjerit ketakutan. Bahkan, bagi kami yang sudah seringkali morf, proses metamorfosis ciptaan bangsa Andalite ini masih terlihat aneh.

Aku melihat sepasang kaki dari burung Tobias tahu-tahu memanjang ke bawah. Dan cakar-cakar itu dengan cepat digantikan oleh jari-jari kaki anak laki-laki. Berikutnya sayapnya seolah masuk ke dalam tubuhnya, dan sebagai gantinya, sepasang tangan manusia muncul di kedua sisinya. Di saat bersamaan bulu-bulu elang seperti masuk ke dalam, digantikan oleh tubuh manusia. Dan terakhir, paruh elang yang bengkok semakin memendek, sebelum kemudian wajah asli Tobias menggantikan wajah burungnya.

Dia berdiri di sana dengan pakaian senam yang ketat. Hal itulah yang selalu kami alami apabila kami morf. Aku menyerahkan selembar handuk kepadanya.

"Thanks Rachel," kata Tobias sambil berusaha mengeringkan tubuhnya. "Aku tidak akan lama. Segera setelah tubuhku kering dan hujan berhenti, aku akan pergi dari sini."

"Okay. Hati-hati ya!" kataku.

Tobias nyengir sambil mengacungkan jempolnya dengan gerakan kikuk. Aku menutup pintu kamarku sambil tertawa dalam hati.

===

Sabtu, 11 Oktober 2014

FanFiction: "THE TRAVELING" (Rachel)

Narrator:
Rachel

Based on Animorphs by K.A Applegate

Created by: Wahyu Kurniawan

Quote:
"Even for a girl, has her own secret..."

Summary:
The war against the Yeerk empire still ongoing. Rachel, the other Animorphs and Ax feel the war is becoming increasingly out of balance. However, to recruit new members, they are still traumatized by their experience with David. Therefore, when Rachel accidentally find someone else who can morph, Animoprhs feel confused. Should they assigned her become a member of the Animorphs and fight together, or ... make the same fate as David?

CHAPTER 1


Dusk.

The sun almost slipped at its place. Dim glow still visible on the western horizon decorate the space. I ran with my running clothes around a few blocks around my house. Same activity that almost I do every afternoon. It was very quiet afternoon. The streets are very quiet, perhaps only one or two cars are passing. Lights on the side of the road even starts. At first glance I saw a red-tailed hawk hovering over me.

<Hi pretty.>

Tobias.

I stopped. Put both hands on my waist and make some cooling-down act. I cleaned the sweat rolling down my face, took a deep breath before then I looked up, saw Tobias already perched on one of the trees near me. I smiled at him. I looked around to make sure no one around before greeting him,

"What are you doing here? Aren't you usually together with Ax?"

<I'm bored. Where's the others?>

He meant of course Jake, my cousin. Cassie my best friend and finally, Marco that sucks.

O yeah. My name is Rachel. You do not ever ask my complete name. Or where I live. Or with whom I go on a date on weekend. Because the situation is getting serious. And we, I mean, I, Tobias, Jake, Cassie, Marco, and Ax have to be careful. Five teenagers coupled with an alien teenager who always staked out the danger.

Before you could wonder, why I can talk to the birds, let me explain. It all started from an incident in the afternoon the same day as this when we accidentally discovered a dying Andalite prince. I bet you are wondering, Andalite? What creature is that? Yeah, you're 100% right. If there are people around you who say that aliens do not exist, they are wrong. We've met with a variety of Alien. Good or very bad. This Andalites, Elfangor, Tobias' father, giving us the ability to morph. We can become any animal that we want, with the DNA absorbs in one time only, then the DNA of animals that will be there forever in us, and if we wanted to, we could be the animal at any time.

Remarkable ability isn't it?

But unfortunately, this technology has some drawbacks. You should not morph more than two hours. If that happens, then you will become that animal throughout your life. You can not return to human form. That's what happened to Tobias. Tobias became nothlit (a term for people who morph exceeded the time limit 2 hours) shortly after we receive this ability from Elfangor.

Pathetic huh? Fortunately we met another creature. Ellimist! He returns the morph ability of Tobias, even allow him go back in time, to absorb his own DNA. So Tobias is now able to return to his human form. But that's just morph. And if he chooses to once again trapped in a human morph, he will not be able to become Animorphs again. He prefers to live his life as a red-tailed hawk instead of having to go back to his old human life.

Then another alien. Yeerks. It looks like a slimy slug. But do not underestimate its appearance, because this slug get into you through your ears and stay in your brain, wrap your brain and its small gap, read all the memories and thoughts, and act as if it was you. No one knows, if a man has become a controller, because they behave reasonable, as the person you knew before. Exactly the same.

So the five of us, along Ax trying to fight the Yeerks, because they had invaded the earth. And the longer, more and more people are used as controllers. As you read this, maybe your parents, your brother, your closest friend already infiltrated by Yeerks. No one ever knew. Unfortunately Yeerks have troops. Hork-Bajir! Almost all the Hork-Bajir has became Controller. And with a body structure that is most like a knife, this creature is suitable for securing to the Yeerk invasion of Earth. Until all humans become controller!

Sounds scary huh?

"Maybe they are at home." I shrugged.

Tobias flew and landed on my shoulder.

"Tobias! What are you doing?" I said. I'm sure no one else around there. Because it was an odd sight. Red-tailed hawk is a bird of prey, so it seems strange if this kind of bird perch on a girl's shoulder.

<It's okay right? After all, the streets are deserted.>

Footsteps approaching. Me and Tobias surprised. Tobias immediately flew to the top. I turned to see who was approaching. My heart stopped beating when I saw who it was.

Vice Principal, Mr. Chapman!

Controller!

===

Narrator:
Rachel

Berdasarkan serial Animorphs by K.A Applegate

Oleh: Wahyu Kurniawan

Quote:
"Bahkan untuk seorang gadis, punya rahasianya sendiri..."


Ringkasan
Perang melawan kekaisaran Yeerk masih terus berlangsung. Rachel, Animorphs yang lain dan Ax merasa perang ini semakin lama semakin tidak seimbang. Namun untuk merekrut anggota baru, mereka masih trauma dengan pengalaman mereka bersama David. Karena itu, ketika Rachel secara tidak sengaja menemukan orang lain yang bisa morf, Animoprhs kebingungan. Haruskah mereka merekrutnya menjadi anggota Animorphs dan berjuang bersama-sama, atau ... membuat nasibnya sama seperti David?


BAB 1


Senja.

Matahari hampir tergelincir di peraduannya. Sinarnya yang redup masih terlihat menghias angkasa di ufuk barat. Aku berlari dengan pakaian joggingku mengitari beberapa blok di sekitar rumahku. Aktivitas yang hampir selalu aku lakukan setiap sore. Suasana sore itu sangat sepi. Jalanan sangat lengang, mungkin hanya satu dua mobil saja yang melintas. Lampu penerangan yang ada di sisi jalan pun mulai dinyalakan. Sekilas aku sempat melihat seekor elang ekor merah melayang di atasku.

<Hai cantik.>

Tobias.

Aku berhenti. Meletakkan kedua tanganku di pinggangku dan melakukan gerakan pendinginan. Aku membersihkan keringat yang membasahi di wajahku, mengatur nafasku sebelum kemudian aku mendongak ke atas, melihat Tobias sudah bertengger di salah satu pohon yang ada di dekatku. Aku tersenyum padanya. Aku melihat sekelilingku untuk memastikan tidak ada orang sebelum menyapanya,

"Apa yang kau lakukan disini? Bukankah biasanya kau bersama Ax?"

<Aku bosan. Yang lain pada kemana?>

Yang dia maksud tentu saja Jake, sepupuku. Cassie sahabat baikku dan akhirnya, si Marco yang menyebalkan.

Oya. Namaku Rachel. Kau jangan pernah menanyakan nama lengkapku. Atau dimana aku tinggal. Atau dengan siapa aku pergi kencan tiap malam minggu. Soalnya situasinya bertambah gawat. Dan kami, maksudku, aku, Tobias, Jake, Cassie, Marco dan Ax harus berhati-hati. Lima remaja ditambah dengan satu alien remaja yang selalu diintai bahaya.

Sebelum kau sempat keheranan, kenapa aku bisa berbicara dengan burung, biar aku jelaskan. Semua berawal dari suatu kejadian di sore hari yang sama seperti ini ketika kami secara tidak sengaja menemukan seorang Pangeran Andalite yang sekarat. Pasti kau bertanya-tanya, Andalite? Makhluk apa itu? Yeah, dugaanmu 100% tepat. Jika ada orang disekelilingmu yang mengatakan kalau Alien itu tidak ada, mereka salah. Kami sudah bertemu dengan bermacam-macam Alien. Yang baik ataupun yang sangat jahat. Andalite ini, Elfangor, ayah Tobias, memberi kami kemampuan morf. Kami bisa menjadi hewan apapun yang kami mau, dengan cukup menyerap DNAnya satu kali saja, maka DNA hewan itu selamanya akan ada di dalam diri kami, dan jika kami mau, kami bisa menjadi hewan itu kapan saja.

Kemampuan yang luar biasa bukan?

Tapi sayangnya, teknologi ini punya kekurangan. Kau tidak boleh morf lebih dari dua jam. Jika itu terjadi, maka kau akan menjadi hewan itu sepanjang hidupmu. Kau tidak bisa kembali lagi ke wujud manusia. Itulah yang terjadi pada Tobias. Tobias menjadi nothlit (sebutan untuk orang yang morf melebihi batas waktu 2 jam) tidak lama setelah kami menerima kemampuan ini dari Elfangor.

Menyedihkan ya? Untungnya kami berjumpa dengan makhluk lain. Ellimist! Dia mengembalikan kemampuan morf Tobias, bahkan dia mengijinkan Tobias mundur dalam waktu, untuk menyerap DNAnya sendiri. Jadi Tobias saat ini bisa kembali ke bentuk manusianya. Tapi itu hanya morf. Dan jika dia memilih untuk sekali lagi terjebak dalam morf manusianya, dia tidak akan bisa menjadi Animorphs lagi. Dia lebih memilih menjalani hidupnya sebagai burung elang ekor merah daripada harus kembali ke kehidupan manusianya yang dulu.

Lalu alien yang satu lagi. Yeerk. Memang bentuknya seperti siput berlendir. Tapi jangan remehkan penampilannya, karena siput ini bisa masuk ke dalam dirimu melalui telingamu dan tinggal di dalam otakmu, membungkus setiap celah kecil otakmu, membaca setiap kenangan dan pikiranmu, dan bertindak seolah-olah itu kau. Tidak ada yang tahu, jika seorang manusia sudah menjadi Pengendali, soalnya mereka bertingkah laku wajar, seperti orang yang kau kenal sebelumnya. Sama persis.

Jadi kami berlima, bersama Ax berusaha memerangi Yeerk, soalnya mereka sudah menyerbu ke bumi. Dan semakin lama, semakin banyak manusia yang dijadikan Pengendali. Selagi kau membaca ini, mungkin orang tuamu, saudaramu, teman terdekatmu sudah disusupi Yeerk. Tidak ada yang pernah tahu. Sayangnya Yeerk punya pasukan. Hork-Bajir! Hampir semua Hork-Bajir dijadikan Pengendali. Dan dengan struktur tubuhnya yang kebanyakan seperti pisau, makhluk ini sangat cocok digunakan untuk mengamankan invasi Yeerk ke bumi. Sampai semua manusia menjadi Pengendali!

Kedengarannya menakutkan ya?

"Mungkin lagi di rumahnya masing-masing." Aku mengangkat bahu.

Tobias terbang dan hinggap di bahuku.

"Tobias! Apa yang kau lakukan?" kataku. Aku memastikan tidak ada orang lain di sekitar sana. Soalnya itu pemandangan yang ganjil. Elang ekor merah adalah burung pemangsa, jadi kelihatan aneh jika burung yang satu ini bisa hinggap di bahunya cewek.

<Tidak apa-apa kan? Toh jalanan sedang sepi.>

Terdengar langkah-langkah mendekat. Aku dan Tobias terkejut. Tobias segera terbang ke atas. Aku berpaling untuk melihat siapa yang mendekat. Jantungku seolah berhenti berdetak saat kulihat siapa orangnya.

Wakil Kepala Sekolah, Mr. Chapman!

Pengendali!

===

Dari Penulis:

Hallo Teman-teman pencinta Animorphs!
Just say tune di blog ini untuk mendapatkan edisi Indonesia dari Animorphs yang tidak pernah diterbitkan di Indonesia.
Selain itu, saya juga mengundang teman2 yang jago nulis untuk memanfaatkan blog ini sebagai sarana imajinasi kalian. Syaratnya, tulisan yang kalian buat jangan sampai mengubah penokohan Animorphs yang sudah kita kenal dan harus mengikuti alur Animorphs yang original. Jadi tolong jangan membuat twist cerita, misalnya menghidupkan kembali karakter yang nantinya akan gugur di akhir serial keren ini. Sebaiknya kita bisa membuat cerita sendiri yang mana merupakan perjalanan panjang Animorphs dalam melawan Yeerk.
Nah selagi menunggu karya2 kalian, enjoy tulisan saya diatas ya... Segala masukan ataupun kritikan akan saya terima dengan senang hati.

Thank you... :)

Animorphs edisi 34 - Review

Kendatipun tokoh Cassie ini bukan merupakan tokoh favorit saya, tapi saya cukup suka dengan edisi 34 ini. Soalnya petualangan yang harus dialami oleh Animorphs berbeda dengan petualangan mereka yang biasanya. Sekalipun pernah juga di beberapa edisi, mereka diharuskan untuk bertualang di planet lain yang notabene sangat jauh dari bumi, melawan ras alien baru, dimana mereka harus mengenal ciri-cirinya terlebih dahulu, tapi baru di edisi ini, mereka bisa datang ke planet asal Hork-Bajir.

Edisi 34 ini diterjemahkan dengan sangat apik oleh teman saya Dewi, yang juga menjadi penggagas berdirinya blog ini Di edisi ini memang sarat oleh penggambaran/deskripsi dari planet Hork-Bajir, jadi apabila dalam proses terjemahannya ada yang meleset, tentunya gambarannya menjadi kurang akurat. Hal yang cukup membuat edisi ini unik adalah dengan adanya satu karakter yang "menyusup" ke tubuh Cassie. Aneh juga ya, melihat backgroundnya yang adalah seorang petarung tangguh, harusnya yang disusupi adalah Rachel dan bukannya Cassie. Tapi saat membaca bukunya nanti, kita akan tahu mengapa yang disusupi adalah Cassie.
Tentu saja edisi 34 ini juga merupakan cerita lepas, yang semata-mata dapat dibaca untuk selingan, karena tidak ada informasi yang dapat dijadikan acuan untuk edisi-edisi selanjutnya. Secara keseluruhan, edisi 34 ini tetaplah menarik untuk dibaca. Langsung saja download ebook edisi 34 dalam bahasa indonesia disini:

Mediafire



Jumat, 10 Oktober 2014

Animorphs edisi 33 selesai ditranslate

Akhirnya... Setelah cukup lama menunggu, selesai juga proses translate Animorphs edisi ke 33 dengan tokoh utama Tobias.

Bagi teman-teman yang sudah pernah membaca versi Inggrisnya, mungkin ada banyak hal yang mengganggu di pikiran kita saat membaca edisi ini. Salah satunya adalah betapa menyedihkan kisah kehidupan Tobias yang digambarkan dengan sangat nyata, bahwa tak seorangpun yang menginginkan dia ada di dunia ini (tentu saja kecuali teman-teman Animorphs-nya dan salah satu gurunya sewaktu dia masih bersekolah). Lalu dengan kondisinya yang begitu menyedihkan, masih ditambah lagi dengan kehidupannya sebagai nothlit (untungnya kemampuan morfnya dikembalikan lagi oleh si Ellimist) Saya masih ingat betapa Tobias dalam wujud burungnya harus berjuang sedemikian rupa untuk bisa menerima keadaannya, dimana dia harus berburu mangsanya untuk dapat bertahan hidup. Lalu, setelah dia mendapatkan harapan baru agar bisa kembali ke bentuk manusianya, ternyata yang dikembalikan kepadanya hanyalah kemampuan morf-nya, dan dia masih harus menjalani hari-harinya sebagai burung. Entah mengapa, sejak dari edisi awal, sosok Tobias digambarkan sebagai sosok yang berjiwa kepahlawanan (atau karena dia mewarisi darah Elfangor?). Dia adalah orang pertama diantara teman-temannya yang sangat antusias ketika menerima kemampuan morf, ketika bahkan Marco menolak berjuang pada awalnya (padahal nama group Animorphs, dia yang buat) Kondisinya diperburuk dengan penggambaran fisiknya yang lemah, cengeng dan selalu menjadi bulan-bulanan oleh teman-temannya yang nakal. Dan bahkan Tobias sudah menjadi nothlit sejak edisi kedua, dimana di edisi-edisi selanjutnya, dia hanya bisa bertarung sebagai burung sebelum Ellimist mengembalikan kemampuan morfnya.
Namun terlepas dari kepahlawanannya, untuk edisi kali ini, Tobias memang yang paling tepat untuk menjalankan misi. Hanya saja yang luput dari perhitungan Animorphs, saat AMR tidak bekerja, tentu saja Yeerk pasti bermaksud mengambil Andalite untuk dijadikan induk semang buat Yeerk yang lainnya. Dan hal itu membuat Tobias, sekali lagi, harus menderita. Wah, kok bisa ya karakter Tobias ini dibuat seolah-olah hanya untuk menderita? T_T

Oke, silakan didownload edisi 33 nya
https://www.mediafire.com/?g2v5hnnkar9j2s2

(Dan jangan lupa, kami masih mencari teman-teman yang ingin memberikan bantuan dalam bentuk apapun, agar project ini bisa sampai selesai pada akhirnya)

Thank you guys.

Kamis, 09 Oktober 2014

Animorphs edisi 32 - Review

Edisi 32 ini adalah edisi pertama yang ditranslate setelah salah seorang fans Animorphs, yang telah melakukan proses terjemahan sebanyak 4 edisi berturut-turut, tampaknya sudah tidak melanjutkan ke edisi selanjutnya.

Saya mungkin seorang dari sekian banyak fans nya Rachel, jadi awalnya cukup senang saat mendapat kesempatan untuk terjemahin edisi 32 ini. Sebelumnya saya memang belum pernah membaca ceritanya. Ternyata setelah masuk ke dalamnya, saya menjumpai sosok Rachel yang tidak seperti biasanya. Jadi awalnya juga agak kaget, tapi apa mau dikata, terjemahan tetap jalan terus sekalipun penokohan Rachel yang saya dapatkan sangat jauh berbeda dengan tokoh Rachel yang biasanya kita kenal.

Dan secara keseluruhan, edisi 32 ini menurut saya agak membosankan. Karena ceritanya berkisar pada konflik internal antar anggotanya sendiri. Untungnya masih ada misi yang harus diselesaikan, yaitu menyusup ke markas Yeerk untuk menghancurkan senjata AMR (kisah ini berlanjut di edisi 33 selanjutnya). Dan parahnya lagi, edisi 32 ini tidak banyak mengupas tentang misteri atau rahasia apapun yang mungkin bisa berlanjut di edisi2 selanjutnya. Dengan kata lain, kalaupun kita tidak membaca edisi 32 ini, kita tidak akan ketinggalan informasi di edisi selanjutnya. Untuk proses translatenya sendiri sebenarnya cukup menantang, karena kita dihadapkan pada dua tokoh yang sama2 menjadi narrator (sudut pandang orang pertama) namun mempunyai sifat yang sangat bertolak belakang. Dan di awal buku, pada field trip, ada cukup banyak bahasa indah ataupun idiom yang digunakan, sehingga untuk translatenya juga tidak bisa langsung kata-per-kata.

Namun, overall, edisi 32 ini tetaplah menarik untuk dibaca. Silakan langsung download linknya disini... https://www.mediafire.com/?qbat4acqez2hjrw

Rabu, 08 Oktober 2014

Blog Animorphs Translation Project


Jika Anda suka membaca novel fiksi remaja di tahun 97-98, mungkin Anda pernah tahu ada sebuah serial remaja yang berjudul Animorphs, yang mengisahkan sepak terjang kelima remaja manusia ditambah dengan seorang remaja alien, yang disebut Andalite. Jake, Rachel, Tobias, Cassie, Marco dan Ax. Keenam remaja ini bertempur melawan invasi Yeerk ke bumi. Yeerk adalah alien yang lain lagi, yang dalam kondisi normalnya sangat lemah, karena bentuknya seperti siput. Tapi kemampuan yang dimilikinya sangatlah luar biasa dimana mereka bisa memperbudak makhluk lain, termasuk manusia. Sepanjang perjalanan novel Animorphs ini menceritakan perlawanan sengit Animorphs melawan Yeerk dengan dibumbui kisah asmara yang terjalin antar anggotanya dan juga lelucon kocak khas remaja masa itu.

Namun sayangnya, sekalipun edisi aslinya dicetak sampai seri ke 54, di Indonesia, serial ini hanya diterjemahkan sampai seri ke 27 saja karena sesuatu alasan. Dan kebetulan ada salah seorang fans yang dengan baik hati menterjemahkan serial Animorphs untuk edisi ke 28, 29, 30 dan 31, yang dapat dilihat melalui blognya di https://hystericalinside.wordpress.com/tag/terjemahan-animorphs/
Sayang, setelah seri ke 31,kelihatannya beliau sudah tidak aktif untuk menterjemahkan seri-seri berikutnya.

Belakangan, saat berselancar di internet, saya menjumpai sebuah group bernama Animorphs Indonesia yang ada di facebook. Saya jadi tahu bahwa fans Animorphs di Indonesia ternyata cukup banyak dan banyak juga yang masih antusias berusaha mengetahui cerita selanjutnya dari sepak terjang Jake dan kawan-kawannya. Jadi sekalipun banyak diantara mereka yang sudah tahu kisah lengkap dari Animorphs lewat eBook versi Inggrisnya disini http://animorphsforum.com/ebooks/ namun tidak sedikit pula dari teman-teman yang merindukan edisi bahasa Indonesia dari Animorphs. Sedangkan untuk edisi bahasa Indonesia versi cetak yang discan, dapat diunduh melalui link berikut: http://ebukulawas.blogspot.com dimana yang tersedia disana tentu saja adalah versi cetak bahasa Indonesia edisi no 1-27.

Saya sendiri suka dengan kisah Animorphs, meskipun saya bukan salah satu dari penggemarnya yang fanatik. Saat saya bergabung di group Animorphs Indonesia yang ada di facebook, dan saat saya tahu tidak sedikit pula teman-teman yang mendambakan ebook edisi bahasa Indonesia, maka saya mencoba untuk berpartisipasi menterjemahkan ebook Animorphs versi bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.

Ternyata untuk proses menerjemahkannya tidaklah mudah. Hal itu karena saya harus bisa merasakan emosi dari tokoh yang saat itu menjadi narator. Jadi Animorphs ini ditulis dengan gaya bahasa orang pertama, dimana dalam melakukan proses translate, kita benar-benar diminta untuk menggambarkan suasana hati dari si tokoh utama. Dan supaya lebih natural, saya harus menyesuaikan gaya bahasa yang digunakan oleh Jake dan teman-teman, menjadi serupa dengan apa yang sudah pernah ditulis di edisi-edisi sebelumnya.

Tapi tentu saja sebelum saya memutuskan untuk menterjemahkan buku Animorphs, saya mempunyai beberapa pertimbangan bahwa apa yang saya lakukan ini semata-mata hanyalah untuk mengobati rasa rindu dari teman-teman penggemar Animorphs di Indonesia, dan mengingat Animorphs yang terbit di Indonesia memang hanya sampai buku ke 27 saja.

Jadi dimulailah proses terjemahan buku ke 32 dengan segala kekurangan dan keterbatasannya di sana sini. Dari proses terjemahan ini, secara pribadi, banyak hal yang saya pelajari, khususnya bahwa dalam bahasa Inggris ternyata ada karya sastra yang cukup indah dalam menggambarkan keadaan alam. Dan banyak pula ungkapan2 yang terselip, yang tidak mungkin ditranslate secara langsung, melainkan harus dipahami benar2 artinya.

Salah seorang rekan saya Dewi, yang juga penggagas lahirnya blog ini, rupanya juga bersedia menterjemahkan salah satu edisi, dimana dia akhirnya berhasil menyelesaikan proses terjemahan buku edisi 34.

Blog ini berisi jurnal dari proses terjemahan buku2 Animorphs yang belum sempat terbit di Indonesia. Semoga dengan adanya blog ini, teman2 pecinta Animorphs di seluruh tanah air bisa terobati rasa kangennya terhadap kisah2 Animorphs. Kami berencana untuk melakukan terjemahan sampai edisi terakhir. Untuk itu kami mengundang teman2 yang tergerak untuk ikut berpartisipasi dalam project ini, yang ingin menyumbangkan bantuannya dalam bentuk apapun ataupun yang ingin bergabung dalam project team, silakan menghubungi admin.

Dan... selanjutnya seperti yang Rachel selalu katakan... <Ayo kita lakukan.>
Brooke Nevin as Rachel

Selasa, 07 Oktober 2014

Project Finished

~  Animorphs #32 The Separation by Wahyu (download)
~  Animorphs #33 The Illusion by Wahyu (download)
~  Animorphs #34 The Prophecy by Aci (download)
~  Animorphs #35 The Proposal by Aci (download)
~  Animorphs #36 The Mutation by Ahmad & Aditya (download)
~  Animorphs #37 The Weakness by Anna (download
~  Animorphs #38 The Arrival By Bu Beng Siau Jin (download)
~  Animorphs #39 The Hidden by Anna (download)
~  Animorphs #41 The Familiar by Anna (download)
~  Animorphs #42 The Journey By Bu Beng Siau Jin (download)
~  Animorphs #43 The Test by Arya
~  Animorphs #48 The Return by Arya
~  Animorphs #49 The Diversion by Arya
~  Animorphs #50 The Ultimate by Arya
~  Animorphs #51 The Absolute by Arya
~  Animorphs #52 The Sacrifice by Arya

to be continued...

Rencana Project

1.    Animorphs #36 The Mutation (finished)
2.    Animorphs #37 The Weakness (finished)
3.    Animorphs #38 The Arrival
4.    Animorphs #39 The Hidden (finished)
5.    Animorphs #40 The Other
6.    Animorphs #41 The Familiar
7.    Animorphs #42 The Journey
8.    Animorphs #43 The Test
9.    Animorphs #44 The Unexpected
10.  Animorphs #45 The Revelation
11.  Animorphs #46 The Deception
12.  Animorphs #47 The Resistance
13.  Animorphs #48 The Return
14.  Animorphs #49 The Diversion
15.  Animorphs #50 The Ultimate
16.  Animorphs #51 The Absolute
17.  Animorphs #52 The Sacrifice
18.  Animorphs #53 The Answer
19.  Animorphs #54 The Beginning
20.  Megamorphs #1 The Andalite's Gift
21.  Megamorphs #2 In the Time of Dinasours
22.  Megamorphs #3 Elfangor's Secret
23.  Megamorphs #4 Back to Before
24.  The Andalite Chronicles
25.  The Hork-Bajir Chronicles
26.  Visser
27.  The Ellimist Chronicles
28.  Alternamorphs #1 The First Journey
29.  Alternamorphs #2 The Next Passage